Di jumlah usia ke 21 harusnya aku bisa lebih dewasa, dan memang sudah seharusnya. Kau memintaku
untuk segeralah menjadi dewasa, tapi Ma.. sungguh aku tidak ingin menjadi
dewasa. Karena jika dewasa menurut pandangmu, aku sadar itu artinya kau akan
tenang untuk meninggalkanku. Walau sebenarnya tak terlihat, aku sadar bahwa
yang kau tunggu adalah diriku. Di usiamu sekarang, mungkin semua keinginan dan
pencapaianmu telah terpenuhi. Sehingga kau tak seenergik dulu karena ambisi-ambisi
di masa mudamu telah tercapai. Sebenarnya diam-diam aku pun berusaha bersikap
dewasa atas semua ini, namun aku berusaha tetap seperti putri kecilmu di
hadapanmu. Tetapi sepertinya kau pun juga dapat melihat dan merasakan sudah
sematang apa diriku. Karena semua ini bukan hanya sebatas yang terlihat dalam
sekejap mata, entah dengan matamu yang keberapa kau dapat melihatnya. Keinginanku
jelas, aku tidak ingin buru-buru dewasa. Aku masih ingin bersamamu, aku masih
membutuhkan bimbinganmu, aku masih perlu banyak belajar darimu. Dan..... juga
karena aku masih belum membuatmu bangga terhadapku. Entah mungkin dengan
memilikiku saja kau sudah bangga atau malah sebaliknya, yang katanya setiap
orang tua akan bangga terhadap anaknya entah bagaimana pun anak itu. Ma..
bagiku, aku belum bisa membanggakanmu. Aku belum bisa membuatmu menjadi orang
tua yang tersenyum bangga di bangku penonton untuk melihat anaknya menjadi
salah satu wisudawan terbaik. Walau tak kau tunjukkan, aku dapat menyaksikan
betapa bangganya dirimu melihat Kakak menjadi salah satu diantaranya. Sejak itu
pun aku bertekad untuk membuatmu merasakan itu lagi, bahkan lebih. Namun,
sepertinya harapan itu pupus bahkan lebih buruk. Ma... aku juga tak tahu,
mengapa semuanya terasa sulit L . Tapi senyummu tetap tegar dan menerimaku. Kau tak
pernah menuntut banyak, tapi aku tahu sebenarnya yang kau mau. Kau tak ingin
menuntut banyak karena tak ingin melihat anakmu terbebani dengan permintaanmu,
kau ingin anak-anakmu berkembang atas dasar kesadaran mereka sendiri.
Kau mungkin terlihat keras, tetapi dengan itulah cara kau
menyayangi kami. Kau segalanya bagiku, ibu sekaligus ayah. Kehilangan ayah
diusia kecil memang tidak mengenakkan, tetapi sepertinya Tuhan memang sudah
mempersiapkan hal ini matang-matang karena Ialah sebaik-baiknya pembuat
skenario kehidupan. Sejak dulu pun kau telah menjadi sosok ibu sekaligus ayah
yang kuat, bahkan sebelum kepergiaan suamimu. Bahkan di masa mudamu, kau adalah
sosok yang sangat kuat. Kekuatan dan kehebatanmu tak akan cukup diceritakan
dalam selembar kertas. Hidupmu menginspirasiku, aku ingin menjadi sepertimu. Tapi
aku ragu, aku mungkin takkan sekuat dan sehebat dirimu. Dalam mencari pasangan
pun, bahkan aku ingin sosok yang seperti dirimu dalam tubuh laki-laki...... -berlanjut-