Kita adalah pemeran utama di
cerita hidup kita dan tentu saja peran protagonis yang akan kita pilih. Kita adalah
tokoh protagonis di kehidupan kita dan bisa saja kita adalah tokoh antagonis di
cerita kehidupan orang. Karena ini adalah ceritaku dan aku akan menceritakan
dari sudut pandangku maka jika cerita ini terkesan aku yang paling tersakiti dan
paling menyedikan atau paling suci tentu akan sangat wajar. Baiklah aku akan
menceritakan sebuah cerita yang kurasa tidak pernah usai untuk dibahas. Maksudku
aku selalu terjebak dalam lingkaran cerita itu bahkan setelah bertahun-tahun
berlalu.
Masih
ingat tentang cerita seseorang yang datang dari masa lalu di tahun 2019. Akhirnya
kami bertemu kembali namun tak berapa lama kami pun berhenti saling mengabari. Diakhiri
karena aku yang terlanjur sakit hati (lagi). Dari akhir tahun 2019 hingga
sepanjang tahun 2020 kami tak pernah saling berhubungan secara langsung. Hingga
2021 pertengahan ia datang lagi. Aku.. tentu saja mulai skeptis lagi. Tapi sepertinya
cerita ini bisa ditebak, aku luluh kembali. Kami pun menjadi dekat. Teman dekat
(lagi). Hingga beberapa waktu lalu kami sempat mengobrol di telepon tentang
kisah masala lalu. Topiknya tentu saja konflik di masa lalu.
Sedikit
cerita, teman lamaku ini adalah cintaku di masalalu. Saat masa-masa remaja yang
indah, penuh dengan fluktuatif tingkat hormonal ia pun hadir di sana. Cerita
ini sudah terjadi lebih dari satu decade lalu, tapi sebagian besar inti
ceritanya masih aku ingat. Singkatnya, aku adalah seorang siswa pindahan dari
pulau yang berbeda dengan teman lamaku ini -oke kita sebut saja dia Mr. Potato-.
Sebagai siswa pindahan tentu rasanya ga mudah buat adaptasi, apalagi stigma
orang yang menganggap orang kelas dua. Entah lah. Tapi akhirnya aku bisa
membuktikan dengan sebuah prestasi. Mulai dari situ aku akhirnya mempunyai
beberapa teman dekat. Bisa dibilang mereka adalah bintang atau geng ciwi ciwi
top pada masa itu. Dan akhirnya aku mulai masuk ke circle mereka. Di sana aku
menemukan teman, yang ku anggap sebagai sahabat dekat karena beberapa hal kami
memiliki kemiripian dan isi kepalaku kadang sama dengan dia. Aku bahkan
menganggapnya sebagai Kakaku. Baik kita sebut saja temanku ini sebagai Ms.
Potato -karena akan saling berhubungan-. Seiring waktu berlalu aku mulai dekat
dengan Mr. Potato. FYI, Mr. Potato dan Ms. Potato adalah sahabat dekat karena
mereka sejak kecil selalu satu sekolah. Lambat laun aku pun mulai menyukai Mr.
Potato, tentu saja saat itu dia termasuk
bintang sekolah. Pinter, jago basket, dan bisa dibilang cukup ganteng. Seperti yang
ku bilang aku memiliki beberapa hal yang aku suka sama dengan Ms Potato. Ia pun
pernah mengakui jika ia sempat suka dengan Mr. Potato, tapi itu sudah lama dan
sekarang mereka hanya sekadar berteman karena saat itu Mr. Potato juga sudah
memiliki seorang kekasih.
Singkat
cerita beberapa waktu setelah itu -saat
kami berada di jenjang sekolah baru- aku menjalin hubungan cinta dengan Mr. Potato.
Rasanya sangat indah memang ketika disukai oleh orang yang kamu suka. Tapi hubungannya
tidak berjalan lama. Aku sejatinya adalah seorang pencemburu. Aku cemburu
melihat kedekatan Ms Potato dan Mr. Potato, pernah kami memainkan sebuah
permain sederhana Bersama teman-teman lainnya saat acara classmeeting, padahal
sebagai pacar aku ada di dekat Mr. Potato tetapi ia lebih mendekat dengan Ms.
Potato. Beberapa kali pula aku sering melihat mereka bersama, ya memang mereka
berdua satu kelas dan aku berada di kelas yang berbeda dengan Mr. Potato. Sehari-hari durasi
kami bertemu pun tidak lama. Aku yang merupakan seorang anak dari strict parent
berusaha membuat hubungan kami backstreet. Hanya teman dekat yang tahu.
Beberapa
kali sering aku menangis dibuatnya karena aku terlalu cemburu. Dilemma rasanya,
ingin posesif tapi Ms Potato juga sahabatku. Karena aku tidak mau menyakiti sahabat
ciwiku ini akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan alasan iman
kami yang berbeda. Dan itu yang mereka percaya. Jika saat ini boleh jujur, Ms
Potato lah yang membuatku berusaha melepaskan Mr. Potato. Sebenarnya saat sudah
putus, aku dan Mr. Potato masih berhubungan baik, cinta itu masih ada. Aku yang
berbeda kelas dengan Ms. Potato pun sudah lama tidak berhubungan dan berbagi
cerita layaknya sahabat dekat. Tetapi kedekatan Mr. Potato dan Ms. Potato makin
jelas. Aku sebagai pengamat ya mundur perlahan, terlebih panggilan sayang yang
diberikan Mr, Potato kepadaku saat kami berteman ternyata tidak ekslusif
untukku, Ms Potato juga punya! Aku pun mundur alon-alon.
Kembali
ke masa sekarang. Dalam telepon kami menceritakan sudut pandang masing-masing pada
saat itu.
Dari sudut pandangku:
“ Aku melihat kamu dan Ms Potato semakin
dekat. Terlebih kalian katanya mulai jadian. Dan pada saat itu aku pernah bikin
komen di media sosialmu (seperti yang biasa kulakukan) tapi malah digas sama cewemu
-Ms Potato-. Aku kaget banget, kok bisa Ms Potato seperti itu ke aku padahal
sudah ku anggep sahabat yang kaya Kakaku sendiri. Ya aku mundur lah, aku diblock
dulun sama Ms Potato. Jadi setiap kamu mau nyapa aku di sekolah aku selalu menghindar,
takutlah ibaratnya udah kaya digongongin anjing galak”
Dari sudut pandang Mr Potato:
“Dulu aku dekat sama Ms. Potato karena
aku curhat tentang kamu. Dia tahu betapa aku sayang cinta banget sama kamu. Aku
sebenarnya nyapa kamu mau jelasin kalo aku dan Ms. Potato gak ada hubungan apa-apa
selain berteman.”
Dari sini aku merasa aku
ingin mengambil kembali milikikku. Ya walau sebenarnya sudah lama berakhir dan Mr.
Potato udah bersama Ms Potato saat ini. Tapi izinkan aku playing victim haha
*lah malah ngaku*. Oke jadi dulu aku putus gara-gara Ms Potato, tapi aku gamau
nyakitin Ms Potato lalu aku membawa alasanku itu yang kuharap bisa diterima
semua orang. Padahal aslinya karena Ms.Potato, kemudian Ms. Potato yang kuanggap
sangat dekat denganku malah justru memusuhiku lebih dulu. Lalu, saat Mr. Potato
cuhat tentangku kepada Ms. Potato. Ms. Potato hanya diam tanpa pernah
memberitahu aku sedikit pun -baik ini aku asumsikan Ms. Potato kembali suka
dengan Mr, Potato, cinta emang buta ges-. Dan tiap kali aku ingin berteman kembali
dengan Mr. Potato, Ms. Potato selalu tidak suka, kontakku sempat dihapus Ms. Potato dari handphone Mr. Potato -karena mereka dekat sering main bareng, jika dibandingkan aku yang sudah pindah lagi dan jauh dari Mr. Potato-. Bagiku Mr. Potato dihatiku
sebagai udara residual, sekuat apapun aku menghembuskan perasaan itu masih
tersimpan jadi tentu saja cukup sakit jika berjauhan dengan seseorang yang kamu
cintai. Andai saja tidak ada Ms. Potato dalam beberapa babak, mungkin aku bisa
kembali merajut benang-benang yang terurai dalam hubunganku bersama Mr. Potato.
Tapiiii sudah lah, entah dahulu atau sekarang keduanya sama-sama membuatku
sakit. Empat belas tahun berlalu dan masih terasa sakitnya. Bahkan sekarang
makin terasa dengan level sakit yang berbeda. Heran haha setelah aku pergi ke
sana kemari dari satu hati ke hati lain. Aku tetap saja akan lemah jika ada Mr.
Potato. Padahal berkali-kali Tuhan bilang tidak, karena beberapa kali
dijauhkan. Tapi ya Tuhan… kenapa didekatkan kembali. Dan posisiku sedang dalam
keadaan sendiri, pikiran liar terus menghampiri. Namun beberapa kali berusaha aku
tepis karena Mr. Potato sedang bersama Ms. Potato sekarang. Aku hanya benci
jika melihat mereka bersama. Padahal menjadi juara hatimu it’s my dream Mas!