Kamis, 15 Agustus 2019

Tuhan Bercanda (?)

***
Mileyak kembali menulis dan merenung....


Aku tahu rencana Tuhan tidak sebecanda ini, tapi mengapa perasaanku selalu dipermainkan :’
Kembali aku merasakannya kembali patah, kali ini karena kesalahanku yang mengharapkannya akan kembali. Kembali menjadi milikku seutuhnya di masa depan (itu yang ku mau). Mengapa pikiran tentang rencana masa depan bersamanya selalu terlihat indah.  Saat kurasa padang pengharapan telah berubah menjadi gurun gersang, lalu tiba-tiba ia datang mencoba memberi celah penghidupan. Namun, aku tersadar saat ini ia hanya datang  untuk sekedar lewat. Bukan tinggal dan menetap.  Kembali aku jauh hati lagi padanya, kembali aku mematahkan lagi hatiku karena tak bisa memilikinya. Jika boleh izinkan aku untuk selalu didekatnya, benar ini akan membuatku bahagia tetapi aku juga tersiksa. Tapi bolehkah aku tetap berharap semesta berpihak kepada kami? Salahkah aku jika dalam setiap doaku ada namanya yang ku harapkan. Jika Tuhan tidak sebercanda ini, lalu mengapa kami dipertemukan dalam perasaan yang sama  dengan benteng besar tinggi menjulang.

Senin, 12 Agustus 2019

Sebuah Kisah Romantis (C.I.N.T.A #4)

Mileyak menulis ....


(sumber gambar : pinterest.com)

Tidak ada yang lebih mebahagiakan dalam suatu kisah romantis, yaitu ketika sepasang kekasih sedang memadu cinta. Bayangkan betapa indahnya gayung yang bersambut dan bertepuk pun tidak lagi sebelah tangan. Aaah… bisa kau bayangkan indahnya? Menyayangi dan disayangi. Menemukan teman yang dapat beriringan seirama, menemukan rekan satu frekuensi. Tidak harus selalu sama, tetapi saling melengkapi dan bertumbuh bersama. 

Namun dalam kisah romantis ini ada juga hal yang menyakitkan, yaitu menelan kenyataan pahit bahwa di belakang sepasang kekasih ini ada berbagai pihak yang tidak menyukai hubungan mereka. Rasa sakit menghujam dalam dada ketika ingin terus bersama dengan seseorang yang  kita cinta namun harus dipisahkan dengan semesta yang belum berpihak. Pertanyaannya adalah mengapa orang lain harus ikut campur dalam merusak kisah mereka? Padahal yang menjalani ialah mereka sendiri, sedangkan orang lain hanya menjadi penonton dan komentator. Tidak bisakah membiarkan sepasang kekasih ini bahagia dengan versi mereka dan menjalani pasang surut kehidupan dengan cara mereka?

    (sumber  gambar: pinterest.com)