Jumat, 09 Oktober 2020

30 Oktober 2019. Disidang!

 


A day to remember. Udah hampir setahun berlalu, tapi rasanya baru terjadi kemarin. Karena aku  masih mengingatnya secara jelas apa yang terjadi di hari itu. Mungkin ini emang bukan pencapaian terbaik orang lain, tapi bagiku ini sebuah pencapaian terbaik mengalahkan musuh terbesar sepanjang masa, yaitu diri sendiri. Masih lekat dalam ingatan, di bulan oktober 2019. Sudah di penghujung bulan, tapi belum mendapatkan kabar. Akhirnya tanggal 29 Oktober 2019 jam 9 pagi lewat dikit dapat kabar dari admin jurusan, kalua besok pagi aku maju siding jam 08.00. Baiq.. biasanya orang akan dapat jadwal maksimal dua hari sebelum dia maju. Tapi memang akhir-akhir itu beberapa mahasiswa dapat kabar dadakan untuk siding. Dengan persiapan kurang dari 24 jam rasanya agak biasa, tapi semakin dekat semakin dagdigdug.

            Long story short, dosen penguji akan diketahui sesaat sebelum sidang. Saat aku datang ke jurusan, dan kutanyai admin siapa yang jadi penguji. *jengjeng* disebutkanlah Ibu A dan Bapak B.. mantaaplahh… para dosen yang sudah bergelar doktor dan bagi untuk kalangan mahasiswa terkenal killer dalam menguji, mungkin karena beliau yang memang kritis. menurutku sidangku terasa “isitimewa” diantara yang lainnya. Karena alasan berikut, yang mungkin akan jarang terjadi pada seorang mahasiswa:

1.      Diberi kabar jam 9 pagi untuk jadwal sidang besok paginya jam 8, kurang dari 24 jam :’)

2.      Full 2 jam. Memang biasanya jadwal yang tertulis untuk satu mahasiswa itu dua jam tapi rata-rata ada yang tercepat 30 menit, dan paling lama 1,5 jam. Udah kaya nonton di bioskop aja kata temenku.

3.      Split decision. Biasanya aku ikut dampingin temen untuk sidang, jarak antara disuruh keluar karena para dosen berunding untuk nilai mahasiswa tersebut kurang lebih 5 menit. Tapi aku bisa mendengar keriuhan dosen memberikan argument mereka dari luar ruangan. Hingga 15 menit berlalu pun aku belum dipanggil, seperti antara menit 15-20 baru aku diajak untuk masuk dan mendapatkan feedback.

4.      Ada 4 dosen penguji. Biasanya ruangan tersebut berisi dua dosen penguji dan satu orang dosen pembimbing, dimana beliau pun menjadi dosen penguji saat sidang. Karena dosen pembimbingku ada dua, dan mereka semua hadir, jadilah ada empat dosen penguji disitu. Dua dosen yang benar-benar dosen pengujiku telah begelar doktor  dan doctor of philosophy.

5.      Dan diakhir yang  paling ku ingat , skripsiku oleh  salah satu dosen penguji dikatakan bukan skripsi orang TI. Lalu selama ini aku bimbingan, dan yang dikatakan para dosen pembimbingku apa

 

Oiya sebelum mereka mulai, mereka sempat berbincang satu sama lain. Kalau yang di ruangan itu doctor semua, aku kan termasuk dalam ruangan itu kan ya. Yaudah aku aminin juga haha.. walau ya emang maksudnya dosen-dosen penguji memang telah bergelar doktor dan dosen lainnya sedang berjuang meraih gelar doktor. Keluar dari runangan aku nangis cuy, sedih sama diri sendiri sih kayanya belum layak, krn inget kata-kata dosen penguji tadi. Tapi bangga sudah di fase itu, pokoknya ya campur aduk. Merasa belum deserve aja untuk merayakan pasca sidang, sebelum revisi kelar. Pas lagi foto-foto di depan fakultas, aku langsung ngehindar untuk sembunyi ketika dosen B lewat. Malu aja si hehe… entah ini baik apa egak, aku kaya ngerasa dendam aja,, haha bukan dendam si.. tapi lebih kaya motivasi wkwkw.. okey kali ini saya masih dianggap remahan oleh Anda. Later, mungkin someday kita bisa jadi partner, so u can see my value or in other words there are no space for degenerate anymore hehe

    Yang awalnya mungkin mau kuliah sampe master aja, tapi sekarang cita-citaku kuliah lagi sampe estiga pokoe..