A day to remember. Udah hampir setahun berlalu, tapi rasanya baru terjadi kemarin. Karena aku masih mengingatnya secara jelas apa yang terjadi di hari itu. Mungkin ini emang bukan pencapaian terbaik orang lain, tapi bagiku ini sebuah pencapaian terbaik mengalahkan musuh terbesar sepanjang masa, yaitu diri sendiri. Masih lekat dalam ingatan, di bulan oktober 2019. Sudah di penghujung bulan, tapi belum mendapatkan kabar. Akhirnya tanggal 29 Oktober 2019 jam 9 pagi lewat dikit dapat kabar dari admin jurusan, kalua besok pagi aku maju siding jam 08.00. Baiq.. biasanya orang akan dapat jadwal maksimal dua hari sebelum dia maju. Tapi memang akhir-akhir itu beberapa mahasiswa dapat kabar dadakan untuk siding. Dengan persiapan kurang dari 24 jam rasanya agak biasa, tapi semakin dekat semakin dagdigdug.
Long story short, dosen penguji akan diketahui sesaat
sebelum sidang. Saat aku datang ke jurusan, dan kutanyai admin siapa yang jadi
penguji. *jengjeng* disebutkanlah Ibu A dan Bapak B.. mantaaplahh… para dosen
yang sudah bergelar doktor dan bagi untuk kalangan mahasiswa terkenal killer
dalam menguji, mungkin karena beliau yang memang kritis. menurutku sidangku
terasa “isitimewa” diantara yang lainnya. Karena alasan berikut, yang mungkin
akan jarang terjadi pada seorang mahasiswa:
1.
Diberi kabar jam 9 pagi untuk jadwal
sidang besok paginya jam 8, kurang dari 24 jam :’)
2.
Full 2 jam. Memang biasanya jadwal yang tertulis
untuk satu mahasiswa itu dua jam tapi rata-rata ada yang tercepat 30 menit, dan
paling lama 1,5 jam. Udah kaya nonton di bioskop aja kata temenku.
3.
Split decision. Biasanya aku ikut
dampingin temen untuk sidang, jarak antara disuruh keluar karena para dosen berunding
untuk nilai mahasiswa tersebut kurang lebih 5 menit. Tapi aku bisa mendengar
keriuhan dosen memberikan argument mereka dari luar ruangan. Hingga 15 menit
berlalu pun aku belum dipanggil, seperti antara menit 15-20 baru aku diajak
untuk masuk dan mendapatkan feedback.
4.
Ada 4 dosen penguji. Biasanya ruangan
tersebut berisi dua dosen penguji dan satu orang dosen pembimbing, dimana
beliau pun menjadi dosen penguji saat sidang. Karena dosen pembimbingku ada
dua, dan mereka semua hadir, jadilah ada empat dosen penguji disitu. Dua dosen
yang benar-benar dosen pengujiku telah begelar doktor dan doctor of philosophy.
5.
Dan diakhir yang paling ku ingat , skripsiku oleh salah satu dosen penguji dikatakan bukan
skripsi orang TI. Lalu selama ini aku bimbingan, dan yang dikatakan para dosen
pembimbingku apa ☹
Oiya sebelum mereka mulai,
mereka sempat berbincang satu sama lain. Kalau yang di ruangan itu doctor semua,
aku kan termasuk dalam ruangan itu kan ya. Yaudah aku aminin juga haha.. walau
ya emang maksudnya dosen-dosen penguji memang telah bergelar doktor dan dosen
lainnya sedang berjuang meraih gelar doktor. Keluar dari runangan aku nangis
cuy, sedih sama diri sendiri sih kayanya belum layak, krn inget kata-kata dosen
penguji tadi. Tapi bangga sudah di fase itu, pokoknya ya campur aduk. Merasa belum
deserve aja untuk merayakan pasca sidang, sebelum revisi kelar. Pas lagi foto-foto
di depan fakultas, aku langsung ngehindar untuk sembunyi ketika dosen B lewat. Malu
aja si hehe… entah ini baik apa egak, aku kaya ngerasa dendam aja,, haha bukan
dendam si.. tapi lebih kaya motivasi wkwkw.. okey kali ini saya masih dianggap
remahan oleh Anda. Later, mungkin someday kita bisa jadi partner, so u can see my
value or in other words there are no space for degenerate anymore hehe
Yang awalnya mungkin mau kuliah sampe master aja, tapi sekarang cita-citaku kuliah lagi sampe estiga pokoe..