Mau sampai kapan ingin terjebak dalam sebuah lingkaran. Jika melihat dari kacamata system dynamic, keberadaan loop menandakan sebuah kedinamisan dalam sebuah sistem dan tak jarang sumber masalah yang belum selesai. Hanya berputar-putar di situ. Tapi kali ini aku tidak akan membahasnya secara akademik. Ini adalah tentang kisahku. Tentang aku yang selalu terjebak dalam sebuah lingkaran. We are running in circle. Yes.. ‘we’. Masih ingat tentang Mr. Potato. Kali ini aku akan membawa cerita yang berhubungan dengan dia (lagi).
Dan ya. Ia datang lagi. Tapi kali
ini aku berusaha mengambil langkah tegas.
“Kenapa sih kamu datang lagi? Kamu tahu kan aku takut jika harus begini lagi
yang ada aku sakit lagi.”
“Loh kenapa, apa salahnya. Aku hanya
ingin datang menemui teman lama.”
“Untuk apa? Bukankah temanmu sudah
banyak. Lagi pula bukankah dia sudah cukup menjadi temanmu!”
“Hei janganlah seperti itu. Temanku
sudah sedikit, mana mungkin aku bisa kehilangan lagi.”
“Bukannya selama ini kita sudah
tidak dekat lagi ya? Bukannya kau juga yang menghilang. Aku hanya ikut
permainanmu.”
“Ya karena aku nggak bisa
kehilangan kamu.”
“Kenapa? Apa yang isitimewa dariku.
Bukannya selama ini kita jarang terhubung, pun jika terhubung selalu dari
jarak jauh. Aku pergi aja ya, aku block lagi dirimu dari kehidupanku. Akses
kontak manapun.”
“Loh kenapa harus di block? Itu
tidak menyelesaikan masalah.”
“Ya karena aku gabisa. Aku takut
terbiasa dan mulai membuat khayalan gila lagi!”
“Solusinya kamu harus cari pasangan
baru. Biar kamu bisa lupakan perasaan dan khayalanmu denganku.”
Well,
saran dia untuk cari pasangan baru tidak membantu. Justru itu adalah sebuah pe er
baru. Tiap kali aku tanya apakah dia punya kandidatnya untuk bisa aku
pertimbangkan sebagai pasangan yang ia lakukan justru melakukan promosi
terhadap dirinya. Aku sungguh kesal, ini orang maunya apa sih. Ku mau minta
cariin malah mengiklankan dirinya sendiri. Aku selalu berkata iklan yang dia
tawarkan termasuk iklan bodong. Stocknya egak ready. Kalau konteksnya bercanda,
egak lucu bro. Polanya selalu seperti ini. Kami jauh, lalu ia datang. Aku masih
sendiri sedangkan ia masih punya kekasih. Bukannya mau menggoda, but it is hard
to resist when he had something that you want. Sial. Sangat susah untuk bisa berteman
biasa lagi jika semakin lama ia hadir. Tapi aku sadar aku bukan satu-satunya,
aku bisa saja salah satunya. Bodoh memang jika aku merasa sakit sedangkan ia hanya
datang saat bosan. Menurutmu apa yang harus ku lakukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar