Minggu, 13 Februari 2022

Trapped in Loop

 Mau sampai kapan ingin terjebak dalam sebuah lingkaran. Jika melihat dari kacamata system dynamic, keberadaan loop menandakan sebuah kedinamisan dalam sebuah sistem dan tak jarang sumber masalah yang belum selesai. Hanya berputar-putar di situ. Tapi kali ini aku tidak akan membahasnya secara akademik. Ini adalah tentang kisahku. Tentang aku yang selalu terjebak dalam sebuah lingkaran. We are running in circle. Yes.. ‘we’. Masih ingat tentang Mr. Potato. Kali ini aku akan membawa cerita yang berhubungan dengan dia (lagi).

    Jika kau bingung loop seperti apa yang ku maksud, mari sini ku jelaskan. Dia -si Mr. Potato- beberapa kali kami dekat, beberapa kali kami jauh. Rasanya selama sepuluh tahun belakangan ini sudah beberapa kali terjadi. Polanya selalu sama, ketika kami sudah lama jauh entah berapa lama ia lalu datang lagi. Padahal dia juga yang menjauh dan meninggalkan bekas sakit sehingga membuatku membencinya saat ia jauh dariku. Tetapi tiap kali ia mulai datang lagi, kami dekat lagi, akupun mulai lemah. Mulai berharap kami bisa bersatu *bodoh memang*. Dan ia pun selalu berkata tidak bisa, ya tentu saja karena masih bersama Ms Potato. Tapi kerap kali ia berkata masa depan tidak ada yang tahu, ia pun berkata 'aku tidak ingin berkata tidak' karena bagaimana aku dan dia tidak ada yang tahu mungkin saja bisa bersatu. Seolah menyiratkan  bahwa kami suatu saat bisa bersama. Tapi seperti biasa, aku selalu berusaha membuat semua menjadi objektif, walaupun logikaku sudah mulai terselimuti oleh perasaanku. Akhirnya aku memutuskan pergi jika perasaanku sudah tak terbendung.

Dan ya. Ia datang lagi. Tapi kali ini aku berusaha mengambil langkah tegas.
“Kenapa sih kamu datang lagi? Kamu tahu kan aku takut jika harus begini lagi yang ada aku sakit lagi.”

“Loh kenapa, apa salahnya. Aku hanya ingin datang menemui teman lama.”

“Untuk apa? Bukankah temanmu sudah banyak. Lagi pula bukankah dia sudah cukup menjadi temanmu!”

“Hei janganlah seperti itu. Temanku sudah sedikit, mana mungkin aku bisa kehilangan lagi.”

“Bukannya selama ini kita sudah tidak dekat lagi ya? Bukannya kau juga yang menghilang. Aku hanya ikut permainanmu.”

“Ya karena aku nggak bisa kehilangan kamu.”

“Kenapa? Apa yang isitimewa dariku. Bukannya selama ini kita jarang  terhubung, pun jika terhubung selalu dari jarak jauh. Aku pergi aja ya, aku block lagi dirimu dari kehidupanku. Akses kontak manapun.”

“Loh kenapa harus di block? Itu tidak menyelesaikan masalah.”

“Ya karena aku gabisa. Aku takut terbiasa dan mulai membuat khayalan gila lagi!”

“Solusinya kamu harus cari pasangan baru. Biar kamu bisa lupakan perasaan dan khayalanmu denganku.”

 

            Well, saran dia untuk cari pasangan baru tidak membantu. Justru itu adalah sebuah pe er baru. Tiap kali aku tanya apakah dia punya kandidatnya untuk bisa aku pertimbangkan sebagai pasangan yang ia lakukan justru melakukan promosi terhadap dirinya. Aku sungguh kesal, ini orang maunya apa sih. Ku mau minta cariin malah mengiklankan dirinya sendiri. Aku selalu berkata iklan yang dia tawarkan termasuk iklan bodong. Stocknya egak ready. Kalau konteksnya bercanda, egak lucu bro. Polanya selalu seperti ini. Kami jauh, lalu ia datang. Aku masih sendiri sedangkan ia masih punya kekasih. Bukannya mau menggoda, but it is hard to resist when he had something that you want. Sial. Sangat susah untuk bisa berteman biasa lagi jika semakin lama ia hadir. Tapi aku sadar aku bukan satu-satunya, aku bisa saja salah satunya. Bodoh memang jika aku merasa sakit sedangkan ia hanya datang saat bosan. Menurutmu apa yang harus ku lakukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar