Rupanya aku tidak lagi
bisa berteman denganmu jika terus begini. Aku membenci nasibku yang tak
berubah. Aku sadar cintamu padanya lebih banyak. Sedangkan mungkin yang tersisa
untukku hampir tak terlihat. Tetapi, semakin kau terus ada, semakin kau terus
muncul maka upaya-upayaku untuk tahu diri tidak akan berhasil. Sudah beberapa
kali aku berlari menjauh dan berusaha melupakanmu, bahkan sempat ku juga
membencimu. Tapi aku begitu lemah padamu. Aku sadar yang kita jalani berdua
bukan teman biasa. Entah bagaimana kau menganggapnya. Kau selalu bilang itu kembali lagi bagaimana kita mengartikan, dan arti yang ku tangkap seperti ini. Aku selalu saja mempunyai khayalan gila jika kau berada di
dekatku lagi. Tapi sekali lagi aku ditampar oleh kenyataan bahwa itu tak bisa.
Kau memang juga berkata kau cinta tapi tak bisa. Aku tidak ingin menyakiti
siapapun. Satu-satunya cara agar tidak menyakti siapapun adalah dengan
menyakiti diriku sendiri. Aku harus bisa membunuh perasaan ini, karena jika ia
tak segera ku bunuh maka ia yang akan membunuhku. Tapi sungguh mencoba membunuh
perasaan ini pun aku tak mampu.
Kau pasti membenciku jika aku berkayalan gila lagi. Apakah kamu lupa kalau aku juga wanita? Aku benci jika bukan aku pemeran utamanya. Aku benci jika aku menjadi yang kedua. Tapi aku juga tidak ingin menyakiti dia. Aku juga benci jika harus berjauhan darimu, tapi aku benci jika kau ada di dekatku tapi tak bisa leluasa dengamu. Tolonglah jangan kembali dulu jika kau masih bersamanya. Ini pun tidak mudah bagiku. Jahat memang jika aku mengharapkan hubungan kalian segera berakhir demi kebahagianku. Dan belum tentu kau akan Bahagia. Tapi jika aku boleh meminta, bisakah kau pertimbangkan dulu? Bisakah kau berikan aku kesempatan dulu? Bisakah kau izinkan aku merasakan jadi pemeran utamanya dulu. Coba tanyakan hatimu dulu, bagaimana jika aku menempati sebagian besar ruangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar