Kamis, 24 Februari 2022

Surat Terbuka untukmu

Rupanya aku tidak lagi bisa berteman denganmu jika terus begini. Aku membenci nasibku yang tak berubah. Aku sadar cintamu padanya lebih banyak. Sedangkan mungkin yang tersisa untukku hampir tak terlihat. Tetapi, semakin kau terus ada, semakin kau terus muncul maka upaya-upayaku untuk tahu diri tidak akan berhasil. Sudah beberapa kali aku berlari menjauh dan berusaha melupakanmu, bahkan sempat ku juga membencimu. Tapi aku begitu lemah padamu. Aku sadar yang kita jalani berdua bukan teman biasa. Entah bagaimana kau menganggapnya. Kau selalu bilang itu kembali lagi bagaimana kita mengartikan, dan arti yang ku tangkap seperti ini. Aku selalu saja mempunyai khayalan gila jika kau berada di dekatku lagi. Tapi sekali lagi aku ditampar oleh kenyataan bahwa itu tak bisa. Kau memang juga berkata kau cinta tapi tak bisa. Aku tidak ingin menyakiti siapapun. Satu-satunya cara agar tidak menyakti siapapun adalah dengan menyakiti diriku sendiri. Aku harus bisa membunuh perasaan ini, karena jika ia tak segera ku bunuh maka ia yang akan membunuhku. Tapi sungguh mencoba membunuh perasaan ini pun aku tak mampu.

    Menyakitiku tentu mudah saja. Kata-kata terakhir yang kau lontarkan bahwa kalian tidak berbuat salah padaku lalu kenapa aku menjadi ‘liar’ dengan mengharapkan hubungan kalian berakhir. Tidak salah kau bilang? Seolah aku adalah penganggu. Jangan pura-pura naif kalau kamu tidak tahu perasaanku. Semakin kita dekat, semakin kau hidupkan lagi perasaanku. Kau bilang jangan pun aku sudah tahu bahwa memang sebaiknya jangan. Tapi aku pun tidak bisa menahannya. Karena aku sadar jika tidak ditahan maka aku yang hancur. Ternyata itu sulit untuk dilakukan, aku terlanjur hancur, dan aku semakin hancur.

Kau pasti membenciku jika aku berkayalan gila lagi. Apakah kamu lupa kalau aku juga wanita? Aku benci jika bukan aku pemeran utamanya. Aku benci jika aku menjadi yang kedua. Tapi aku juga tidak ingin menyakiti dia. Aku juga benci jika harus berjauhan darimu, tapi aku benci jika kau ada di dekatku tapi tak bisa leluasa dengamu. Tolonglah jangan kembali dulu jika kau masih bersamanya. Ini pun tidak mudah bagiku. Jahat memang jika aku mengharapkan hubungan kalian segera berakhir demi kebahagianku. Dan belum tentu kau akan Bahagia. Tapi jika aku boleh meminta, bisakah kau pertimbangkan dulu? Bisakah kau berikan aku kesempatan dulu? Bisakah kau izinkan aku merasakan jadi pemeran utamanya dulu. Coba tanyakan hatimu dulu, bagaimana jika aku menempati sebagian besar ruangnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar