(In frame : Abdul, Kak G, Nurdina, Aku, Agit (foto kiri atas). Foto yang kanan atas tuh agak condong ke Agit soalnya Kak G bilang "Rapetin kalian tuh gak cukup ini kalo ke foto" dan Kak G gak bisa lebih mundur untuk ambil posisi yang pas. So that's why posisinya kek gitu -__-)
Cerita sedikit dibalik foto-foto di atas. Alhamdulilllah,
Allah Yang Maha Baik langsung memberikanku jawaban atas
usaha dan doa yang ku panjatkan : goals aku dan Nurdin terpenuhi untuk saat ini. Terimakasih teruntuk Mama yang selalu memberikan wejangan-wejangan penguat diri serta Mas Galang, Bang Dul, dan Agit yang setia menjadi supporter aku dan Dina dari H- sampai hari H lomba.
usaha dan doa yang ku panjatkan : goals aku dan Nurdin terpenuhi untuk saat ini. Terimakasih teruntuk Mama yang selalu memberikan wejangan-wejangan penguat diri serta Mas Galang, Bang Dul, dan Agit yang setia menjadi supporter aku dan Dina dari H- sampai hari H lomba.
Entah dari mana semangat ini tiba-tiba muncul, mungkin
setelah Debate Camp EDS UII usai. Aku merasa sedikit menyesal ‘mengapa tak dari
dulu perasaan seperti ini hadir?’ perasaan menggebu ingin menjadi seorang debater –kalau bisa menjadi dewa debater-. Namun tak ada kata terlambat
untuk memulai, memulai langkah awal dengan membangun rasa penasaran dan ingin
tahu kembali. Bertanya pada senior dan mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
yang timbul. Hingga ku putuskan apapun yang terjadi, sebelum 2016 berakhir
setidaknya aku harus mengikuti suatu lomba. Hingga suatu hari kabar itu datang,
aku tak kuasa untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dina, sahabat baikku
di EDS orang pertama yang ku ajak. Kemudian selanjutnya Agit, ku harap paling
tidak instansi kami mengirimkan dua tim. Tetapi waktu itu Agit sedang
sibuk-sibuknya dan tinggalah aku serta Dina yang saling memotivasi untuk tetap
mengikuti lomba ini. “Saling memotivasi?”
Ya! Aku dan Dina masih diselimuti trauma tentang perlombaan sebelumnya,
kami takut untuk memulai lagi kami takut bagaimana kalau kami dibantai (lagi)? Berbagai
macam argumen aku lontarkan pada Dina dan juga sebaliknya hingga mencapai batas
akhir pendaftaran kami putuskan : Ya! Hingga
kami lupa memberi kabar ini kepada yang lain, bukan maksud untuk mengadakan
gerakan bawah tanah. Tetapi lebih lebih tepatnya tidak sempat bahkan takut dan
malu untuk menyampaikan.
Singkat cerita, setelah beberapa hari berlalu dan Internal
Competition EDS UII usai. H-2minggu kami benar-benar memulai latihan, yang ku
rasa masih kurang greget wkwkkwk.. bahkan di hari-hari terkahir menjelang lomba
aku sempat demam. Sempat teringat kata-kataku pada Dina beberapa minggu sebelum
lomba ketika melihat penjual bunga di pinggir jalan,
“Din, kalo sampe masuk quarter final lo kasih gw bunga
ya? Wkwkwk”
“Hmm...yaput ya”, mungkin Dina sudah mulai bosan
mendengar kata-kataku tentang hal itu. :’)
Hingga sampai pada hari H hari pertama, ada sekelebat
perasaan deg-degan. Bayangkan di antara universitas lain hanya univ kami yang
mengirimkan –tepatnya mendaftar- satu tim. Prelim pertama berkahir dengan
kekalahan, kami berada diurutan terakhir (4th rank). Kemudian prelim kedua sang
pencerah tiba –Kak G!- alhamdulillah peringkat naik satu. Dan... di prelim
ketiga drama-drama ala Korea terjadi. Saat prelim ketiga aku benar-benar merasa
kosong, hanya mengerti sedikit tentang mosi yang diberikan. Beruntung diletakkan
di poisisi Closing Opposition aku
punya sedikit waktu untuk membangun argumen-argumenku. Ketika juri tengah
meberikan pertimbangan tentang hasil. Aku dan Dina sempat berlinang air mata
*maaf lebay* , aku dan Dina sedih karena merasa belum bisa memberikan
penampilan yang baik untuk Kak G, sebagai Kakak Guru kami. Kami benar-benar
pasrah denga hasilnya namun sungguh semua karena kuasa Allah. *Boom* Kami ditempatkan
1st rank, it;s really really shocked
slum. Slum yang dimaksudkan di sini menyangkut mosi yang diperdebatkan saat
itu. Aku rasa tadi aku hanya salah dengar, tetapi Dina terus menyakinkan bahwa
kita memang dapat posisi itu. Sampai di prelim ke empat. Kami ditempatkan
sebagai Opening Government , yang kurasa kekurangan waktu untuk case build dibanding team yang lain-karena aku dan Dina
sering berselisih paham terlebih dahulu sebelum menyatukan ide-. Dan ketika di
ruangan itu aku dan Dina merasa menjadi team
yang terpojokkan. Ya.. kami selalu menerapkan prinisip wallahualam ketika lomba, jadi apapun yang terjadi berdasarkan
keputusan Allah lah semuanya. Pada pengumuman breaking team tiba, aku dan Dina harap-harap cemas. Sadar akan
kemampuan diri namun sedikit harapan itu ada. Once again, BOOM! Kami masuk quarter final.
Namun sayang di hari kedua kami harus puas dengan
berhenti bertanding sebelum masuk semifinal.
Ps: mungkin kamu yang baca ini menganggap aku alay atau
lebay karena “yaelah kaya gini doang diceritainnya segitu amat, belom juga
sampe grand final” it’s up to u. Tapi dari
lomba ini aku banyak belajar bahwa pertolongan Allah sangat nyata ketika kita mulai benar-benar
mebersihkan hati. Di lomba ini aku banyak ‘selek’ dengan Nurdina dalam
membangun ide, haha it was so funny I thought now. Dan dukungan Kak G, Abdul,
Agit.. aw aw bikin aku terharu. Overall setidaknya cita-citaku dan Nurdin
sebelu 2016 berakhir perlahan mulai tercapai. Pokonya I do love so much guys , makasih support
kalian karena dukungan moril sangat bekerja pokonya gabisa tergambarkan gimana
1st time aku dan Dina masuk breaking team
:* :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar