Senin, 28 November 2016

"Shocked Slum"

(In frame : Abdul, Kak G, Nurdina, Aku, Agit (foto kiri atas). Foto yang kanan atas tuh agak condong ke Agit soalnya Kak G bilang "Rapetin kalian tuh gak cukup ini kalo ke foto" dan Kak G gak bisa lebih mundur untuk ambil posisi yang pas. So that's why posisinya kek gitu -__-)



Cerita sedikit dibalik foto-foto di atas. Alhamdulilllah, Allah Yang Maha Baik langsung memberikanku jawaban atas
usaha dan doa yang ku panjatkan : goals aku dan Nurdin terpenuhi untuk saat ini. Terimakasih teruntuk Mama yang selalu memberikan wejangan-wejangan penguat diri serta Mas Galang, Bang Dul, dan Agit yang setia menjadi supporter aku dan Dina dari H- sampai hari H lomba.
Entah dari mana semangat ini tiba-tiba muncul, mungkin setelah Debate Camp EDS UII usai. Aku merasa sedikit menyesal ‘mengapa tak dari dulu perasaan seperti ini hadir?’ perasaan menggebu ingin menjadi seorang debater –kalau bisa menjadi dewa debater-. Namun tak ada kata terlambat untuk memulai, memulai langkah awal dengan membangun rasa penasaran dan ingin tahu kembali. Bertanya pada senior dan mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul. Hingga ku putuskan apapun yang terjadi, sebelum 2016 berakhir setidaknya aku harus mengikuti suatu lomba. Hingga suatu hari kabar itu datang, aku tak kuasa untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dina, sahabat baikku di EDS orang pertama yang ku ajak. Kemudian selanjutnya Agit, ku harap paling tidak instansi kami mengirimkan dua tim. Tetapi waktu itu Agit sedang sibuk-sibuknya dan tinggalah aku serta Dina yang saling memotivasi untuk tetap mengikuti lomba ini. “Saling memotivasi?”  Ya! Aku dan Dina masih diselimuti trauma tentang perlombaan sebelumnya, kami takut untuk memulai lagi kami takut bagaimana kalau kami dibantai (lagi)? Berbagai macam argumen aku lontarkan pada Dina dan juga sebaliknya hingga mencapai batas akhir pendaftaran kami putuskan : Ya!  Hingga kami lupa memberi kabar ini kepada yang lain, bukan maksud untuk mengadakan gerakan bawah tanah. Tetapi lebih lebih tepatnya tidak sempat bahkan takut dan malu untuk menyampaikan.
Singkat cerita, setelah beberapa hari berlalu dan Internal Competition EDS UII usai. H-2minggu kami benar-benar memulai latihan, yang ku rasa masih kurang greget wkwkkwk.. bahkan di hari-hari terkahir menjelang lomba aku sempat demam. Sempat teringat kata-kataku pada Dina beberapa minggu sebelum lomba ketika melihat penjual bunga di pinggir jalan,
“Din, kalo sampe masuk quarter final lo kasih gw bunga ya? Wkwkwk”
“Hmm...yaput ya”, mungkin Dina sudah mulai bosan mendengar kata-kataku tentang hal itu. :’)
Hingga sampai pada hari H hari pertama, ada sekelebat perasaan deg-degan. Bayangkan di antara universitas lain hanya univ kami yang mengirimkan –tepatnya mendaftar- satu tim. Prelim pertama berkahir dengan kekalahan, kami berada diurutan terakhir (4th rank). Kemudian prelim kedua sang pencerah tiba –Kak G!- alhamdulillah peringkat naik satu. Dan... di prelim ketiga drama-drama ala Korea terjadi. Saat prelim ketiga aku benar-benar merasa kosong, hanya mengerti sedikit tentang mosi yang diberikan. Beruntung diletakkan di poisisi Closing Opposition aku punya sedikit waktu untuk membangun argumen-argumenku. Ketika juri tengah meberikan pertimbangan tentang hasil. Aku dan Dina sempat berlinang air mata *maaf lebay* , aku dan Dina sedih karena merasa belum bisa memberikan penampilan yang baik untuk Kak G, sebagai Kakak Guru kami. Kami benar-benar pasrah denga hasilnya namun sungguh semua karena kuasa Allah. *Boom* Kami ditempatkan 1st rank, it;s really really shocked slum. Slum yang dimaksudkan di sini menyangkut mosi yang diperdebatkan saat itu. Aku rasa tadi aku hanya salah dengar, tetapi Dina terus menyakinkan bahwa kita memang dapat posisi itu. Sampai di prelim ke empat. Kami ditempatkan sebagai Opening Government  , yang kurasa kekurangan waktu untuk case build dibanding team yang lain-karena aku dan Dina sering berselisih paham terlebih dahulu sebelum menyatukan ide-. Dan ketika di ruangan itu aku dan Dina merasa menjadi team yang terpojokkan. Ya.. kami selalu menerapkan prinisip wallahualam ketika lomba, jadi apapun yang terjadi berdasarkan keputusan Allah lah semuanya. Pada pengumuman breaking team tiba, aku dan Dina harap-harap cemas. Sadar akan kemampuan diri namun sedikit harapan itu ada. Once again, BOOM! Kami masuk quarter final.
Namun sayang di hari kedua kami harus puas dengan berhenti bertanding sebelum masuk semifinal.

Ps: mungkin kamu yang baca ini menganggap aku alay atau lebay karena “yaelah kaya gini doang diceritainnya segitu amat, belom juga sampe grand final”  it’s up to u. Tapi dari lomba ini aku banyak belajar bahwa pertolongan Allah sangat  nyata ketika kita mulai benar-benar mebersihkan hati. Di lomba ini aku banyak ‘selek’ dengan Nurdina dalam membangun ide, haha it was so funny I thought now. Dan dukungan Kak G, Abdul, Agit.. aw aw bikin aku terharu. Overall setidaknya cita-citaku dan Nurdin sebelu 2016 berakhir perlahan mulai tercapai. Pokonya  I do love so much guys , makasih support kalian karena dukungan moril sangat bekerja pokonya gabisa tergambarkan gimana 1st time aku dan Dina masuk breaking team :* :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar