Sudah kenyang
diriku terhadap kata-kata:
“Tuliskan
cita-cita mu!”
“Tuliskan target
tahun pencapaianmu!”
Sering sudah aku mengikuti pelatihan bersama motivator-motivator ternama.
Memang pada awalnya membuatku semakin bergairah dan semangat untuk menyusun asa
dalam secarik kertas dan menempelnya pada sudut yang sering terlihat olehku. Bahkan
buku novel, film atau apapun yang mengandung perjuangan disertai kerja keras
dan semangat tidak aku lewatkan. Demi memompa semangat dalam darahku ini.
Selain faktor diri sendiri, kemampuan
seseorang untuk bisa mencapai atau menjadi apa juga bergantung pada lingkungan di sekitarnya. Tepatnya, mungkin kurang lebih satu tahun yang lalu. Saat aku akan mengahadapi ujian nasional sekolah menengah pertama. Berbagai persiapan ku lakukan jauh-jauh hari sebelum hari H. Yang awalnya masih dua ratus hari, berganti menjadi seratus, Sembilan puluh, delapan puluh dst. Bukan hanya kami yang akan menjalani ujian nasional yang prihatin. Pihak sekolahpun juga berusaha semaksimal mungkin agar murid-muridnya mendapatkan hasil yang terbaik bukan semata dinyatakan lulus.
seseorang untuk bisa mencapai atau menjadi apa juga bergantung pada lingkungan di sekitarnya. Tepatnya, mungkin kurang lebih satu tahun yang lalu. Saat aku akan mengahadapi ujian nasional sekolah menengah pertama. Berbagai persiapan ku lakukan jauh-jauh hari sebelum hari H. Yang awalnya masih dua ratus hari, berganti menjadi seratus, Sembilan puluh, delapan puluh dst. Bukan hanya kami yang akan menjalani ujian nasional yang prihatin. Pihak sekolahpun juga berusaha semaksimal mungkin agar murid-muridnya mendapatkan hasil yang terbaik bukan semata dinyatakan lulus.
Dan aku pun juga begitu. Semua usaha dan doa telah ku kerahkan semampu
yang ku bisa. Keinginan hendak sekolah dimana, mendapat nilai ebatanas murni
berapa, dan usaha-usaha apa yang ku lakukan untuk mencapai semua itu tidak
luput aku tuliskan. Lalu, aku tempel di depan cermin. Sehingga aku selalu
melihatnya setiap saat. Tak berhenti sampai di situ. Kata-kata motivasi aku
torehkan di buku-buku pelajaran, meja belajar dan seterusnya. Ku tulis dengan
tinta merah beserta tanda seru (!) berjajar banyak di belakangnya. Menandakan aku
harus tetap fokus pada tujuan awal. Yang terlebih penting membanggakan orang
tua ku minimal tidak kecewa terhadap hasil akhirku nanti.
Namun,seiring waktu berjalan. Ketika menerima hasil. Apa yang tertuliskan
kacau sudah. Harapan-harapan yang sudah ku tulis rapi satu per satu mulai
pupus. Tak ada satu pun dari harapanku yang terjadi. Dan sekarang ketika aku duduk di bangku awal
sekolah mengah atas. Aku mulai merajut impian baru dan ku tulis rapi juga. Tetapi
tidak pada secarik kertas melainkan dalam ingatanku. Ku lakukan agar tidak
terus sakit hati L
pada harapan yang tidak terkabul. Serta tidak berlinang air mata lagi ketika
aku melihat harapan yang sia. Dan aku harus tetap berbaik sangka pada Tuhan
dengan yang diberikan-Nya padaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar