Minggu, 13 Maret 2022

Ku Sampaikan Di Sini

Di bulan September 2021 ada sebuah pertanyaan yang menghantui pikiranku: apa iya umur 24-25 masih zaman ya untuk mempunyai cinta dalam diam. Pertanyaan ini aku lontarkan ke beberapa orang dan tentu saja jawabannya beragam dan makin menambahkan kegundahan hati. Hh.. tapi aku berusaha sadar, jangan-jangan ini karena pengaruh progesteroneku yang sedang naik-naiknya, kesadaranku telah diambil alih oleh cinta yang menye-menye. Tapi jadi titik balikku juga, apa iya tetap menyimpan atau harus menyerah dan menutup saja. Ya cari yang pasti-pasti aja.

Sampai akhirnya ada yang memberikan jawabannya yang cukup objektif. Ya tentu saja ada risiko yang harus dihadapi, dan menjadi ketakutan semua orang yaitu: hubungan yang merenggang. Hal yang membuat tidak semua orang cukup berani untuk mengambil langkah ini, karena bukan sakit karena cinta yang tak berbalas yang ditakutkan melainkan sakit harus kehilangan orang yang kita sayang. Ada dua pilihan dengan risiko berbeda, 1) Mengungkapkan lalu tak berbalas hingga akhirnya hubungan merenggang. 2) dia telah bersama orang lain tanpa pernah aku mengungkapkan perasaanku padanya.

Kalau umur-umur remaja masih relevan sih cinta dalam diam, tapi saat ini kayanya juga harus dikomunikasikan. Jika yang terjadi setelahnya adalah hubungan menjadi renggang, tidak dipungkiri pada tahapan umur sekarang memang circle pertemanan tak banyak, jadi jika merenggang pun tak apa. Akhirnya aku memutuskan untuk mengambil pilihan 1.

 Mas I think I love you.

 Sampai saat ini (2021) aku masih mengingat tentang pertemuan pertamaku denganmu di 2016. Saat itu kurasa hari Senin, karena saat itu adalah hari aku untuk praktikum statistika dasar. Kalau tidak salah ingat kita pertama kali bertemu di saat praktikum dan materi yang diajar adalah tentang hipotesis. Like fall at first sight, I was amazes with your style to deliver the matter. Beberapa hari setelah itu pun aku masih mengingat pengertiannya secara persis karena aku merekam suaramu di kepalaku. Tak berapa lama setelah praktikum usai, kita bertemu kembali depan pintu lab, kau mengenakan kemeja kotak-kotak dengan dasar merah. Saat itu aku terkejut karena kau tiba-tiba muncul di tengah aku yang sedang mencari sepatu. Kau terlihat sungguh berbeda, di dalam kelas kau bergitu ramah setelah berganti baju kau menjadi dingin dan berlalu begitu saja menuruni anak tangga (ingin segera solat kurasa).

Aku yang alergi dengan statistik pelan-pelan mulai suka. Apalagi kau selalu mengajar di kelasku. Aku heran padahal kelasnya ada dua, dan biasanya asisten selalu berganti tempat untuk mengajar tetapi kau selalu berada di kelasku. Gapapa.. aku bersyukur kok, u made my Monday. Darimu akhirnya aku belajar, bukan hanya tentang materinya tapi bagaimana kita menyampaikannya. Kebetulan saat itu adalah masa pemilihan calon asisten, selain aku ikut karena motivasi pribadiku yang lalala Panjang untuk dijelaskan, aku juga terinpirasi darimu yaitu bisa mengajar dengan enak. And finally di tahap ujian micro teaching aku adalah calon asisten yang paling menguasai bagian itu dibanding calon yang lain. Dan setelah menjadi asisten pun, I got good compliment dari beberapa mahasiswa kalo aku dalam memberikan penjelasannya enak.

  Aku lupa persisnya aku benar-benar menyukaimu sejak kapan. Karena aku merasa perasaannya seperti menjadi penggemar saja. Ya tentu saja banyak yang menjadi penggemarmu saat itu, dan kurasa aku salah satu diantaranya. Kau selalu mempunyai jawaban atas apa yang merisaukanku sekalipun kau tak menyadarinya. Aku mulai mengagumimu, semua usaha dan hasilmu. Mulai dari PKM hingga tugas akhir. Yang menjadi role modelku dan standarku juga.

Tapi aku sadar, semua yang kulihat itu dirimu dari jauh. Dekat pun kita ngobrol hanya sebagai speaker and audience. We never talk in person. I only knew you from people around me and around you. Around us, but us never talk directly. I only see your post on social media, which everyone can fake their post. And my mom said don’t believe people base on their image in internet. Then I took my logic, trying to calm my feeling. Beberapa kali juga aku suka dengan orang lain dan jatuh cinta dengan orang lain. But at the end of the day, I’m back to you. I’ve told the God like: God, please erase this feeling if he’s not my destiny, please change to something better yang Engkau ridhoi. But still, I still like you

 Aku rasa aku akan  dinotice kalau aku bikin achievement tapi capek juga kalau gitu terus hehe. Sampai di 2021 akhirnya Mas mulai notice duluan by congrats me on my sempro and birthday! U know since 2016 we been mutual on Instagram. Then I often post my birthday, finally u said hepi bertdai tumi. I don’t know what exactly I felt about, it just like bias and his fans or other feeling.

But I do realize, since we never talk in person. It’s impossible you don’t have any crush. More awhile, there are so many smart and beautiful girls around you. And I do realize too, we just like earth-sky we had so many differences but in some ways, we have some same preferences. One day I told my bestie, if he had another girl but me that fill his heart in room of spouse, gw bisa patah hati beneran. But if it is true never mind, so it is sign to me to surrender

I think I love you

Since this feeling was lasted five years. If I need to write every moment about you it can be a novel, or if it podcast it can be one single album audio book. There are bunch of dreams, events, that remind me about you. But somehow it was tiring. So, I decided to tell you. Thankyou.

I cannot wait anymore. And what I am waiting for 😊

Tidak ada komentar:

Posting Komentar